Kamis, 13 September 2012
Mampukah kita mencintai tanpa syarat?
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit.. istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Rabu, 12 September 2012
Panggilan Tuhan atau Cita-citamu?
Shalom buat para pembaca. Pada tulisan kali ini saya cuman mau bagi sedikit pengalaman dibawa kedalam rancangan Tuhan yang luar biasa. Saat itu saya menginjak kelas 2 SMA. Seperti remaja pada umumnya yang memiliki cita-cita dan harapan akan masa depan yang ingin diraih, saya juga punya cita-cita, yaitu, untuk menjadi seorang Pendeta Kristen. Saya mencoba mencari informasi Universitas-universitas yang menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk belajar dan menjadi seorang pendeta.
Saya pun mendapatkan Universitas tersebut. Universitas yang sangat luar biasa bagi saya, Universitas yang memiliki latar belakang atau lebih tepatnya mendasari semua penyelenggaraannya pada Kebenaran Firman Tuhan. Universitas Tersebut adalah Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Rancangan Tuhan yang luar biasa itu terjadi ketika saya ingin masuk dalam Fakultas Teologi UKSW Salatiga. Namun saya mendapat tantangan dari kedua orang tua saya. Mereka memaksa saya untuk masuk Fakultas Ilmu Kesehatan dengan Konsterasi Pendidikan yaitu Ilmu Keperawatan. Saya berisi keras untuk masuk Fakultas Teologi. Kemauan saya yang sangat keras dibarengi dengan usaha kekanak-kanakan seperti menangis, memohon dan lain sebagainya sama sekali tidak meluluhkan hati orang tua untuk mengijinkan saya masuk Fakultas Teologi.
Papa dan Mama tetap pada pendiriannya untuk memasukan saya di Prodi Ilmu Keperawatan FIK-UKSW Salatiga. Saya dengan terpaksa menyetujuinya dengan syarat, jika pada semester 1 nilai saya C pada semua mata kuliah yang saya ikuti, setuju ataupun tidak, mereka ( orangtua saya ) harus memindahkan saya ke Fakultas Teologi. Saya pun akhirnya masuk dan belajar bersama puluhan mahasiswa yang ingin menjadi perawat. Dalam perjalanannya saya sedikit keheranan, saya tidak mendapat hambatan satupun dalam mengikuti perkuliahan. Justru dalam setiap tes tes yang saya ikuti, nilai saya menduduki nilai terbaik dikelas dan yang lebih luar biasa, dua tes saya mendapat nilai SEMPURNA!
Saya sempat merasa kebingungan, mengapa nilai saya justru baik, yang sebaliknya saya justru mengharapkan memiliki nilai yang buruk sehingga bisa dipindah ke Fakultas Teologi.
Di akhir semester saya sangat tercengang, karena, dua mata kuliah yang saya ambil disemester 1 justru mendapat nilai A dan AB. Sama sekali tidak nampak nilai setengah lingkaran yaitu C.
Saya mau tidak mau harus kembali melanjutkan pendidikan saya di prodi ilmu keperawatan. Saya pun masih belum sama sekali menyadari rancangan atau panggilan Tuhan yang ingin dinyatakan dalam hidup saya.
Saya memiliki beberapa teman yang sudah lulus menjadi seorang Sarjana Teologi yang hendak mendaftar menjadi seorang pendeta di 1 gereja. Saya mendapatkan informasi yang mencengangkan dari beberapa teman. Sebelumnya saya harus menjelaskan motivasi saya menjadi seorang pendeta. Motivasi saya adalah ingin melayani Tuhan di gereja dimana saya terdaftar. Yang notabene, gereja tersebut termasuk Gereja bonavit didenpasar ( kota saya tinggal ). Bagi setiap pendeta yang melayani didalamnya, mendapat service yang sangat memuaskan, pulsa, rumah tinggal, gaji, tunjangan ini dan itu hadir seperti air mengalir. Itulah yang membuat saya sangat terpacu.
Namun benar kata Firman Tuhan, " Allah melihat hati ".
Persyaratan untuk menjadi menjadi pendeta di gereja tersebut adalah harus menjadi warga Baptis dan warga sidi dari gereja tersebut. Namun setelah saya mengecek kembali surat baptis dan surat sidi saya, justru memiliki perbedaan. Saya di Baptis di Gereja Bebas Reformasi Waingapu-Sumba Timur, namun surat sidi saya dikeluarkan oleh gereja didenpasar.
Dari sinilah saya mulai melihat bahwa atas dasar motivasi baik namun dibayangi motivasi lainnya yaitu uang, tidak akan mendapat jalan tuntunan dari Tuhan. Saya mulai menyadari bahwasannya kembali kita harus mengingat Orang Tua adalah wakil Allah didunia yang pasti senantiasa mendoakan dan memberikan arah baik bagi anak-anaknya. Saya pun kini menyadari kenapa saya harus berada didalam perjalanan panjang menjadi seorang perawat.
Jalan saya untuk menjadi seorang pendeta di gereja yang saya inginkan seperti benar-benar ditutup rapat oleh Tuhan.
Saya belajar banyak dan berpesan bagi para pembaca, Dengarlah kata orangtua, Tunduk dan berdoa minta jalan terbaik akan masa depan kalian kepada Tuhan. Sungguh tidak keren memaksakan kehendak kita yang ternyata justru Allah lah yang berkehendak dalam kehidupan ini..
Semoga Tuhan Memberkati para pembaca ! :)
WOMEN’S REVEAL in SOE-NTT
Rumah Bulat made thousand years ago. At that time, Rumah Bulat is used for saving food, safe the people at the home and reproduction place for women’s. From a long time ago, Rumah Bulat is a sacred house and have a unique form, like its name, Circle or in Indonesia, they called it Bulat. The part of Rumah Bulat actually seems like a small dirty kitchen and with one wood mattress. In modern century like now, we call it by Traditional House.
If we see from the hygiene and sanitary of Rumah Bulat, it’s really dirty because the base or the floor doesn’t made from ceramic but just a soil. We can imagine that, if it’s raining, the soil become flood and I’m sure, there are so many flies. The citizens there have already known about bad effect of living in Rumah Bulat , but they still believe that Rumah Bulat is a good place to keep them save from everything, such as wild animal and thief. They think that if they live in Rumah Bulat , the thief doesn’t want to steal their property. Yeah it because there’s no something important in Rumah Bulat . As we know together, at the top of my essay, I have already explained that one of the functions of Rumah Bulat is a place for women’s reveal. The citizens there, will call shaman to help the women’s to reveal. They still don’t want to call midwife to help the women’s. Beside there is no midwife there, the shaman will give a traditional medicine to help the women’s and say the magic formula in their own language. It makes the citizen more believe the shaman than midwife. But the funniest one, when the women’s reveal is in a bad condition after pregnant, the citizens will call and pick up the midwife although it takes a long time. The bad one, after they arrived in the midwife’s house, the citizen said to prepare faster and go to the Rumah Bulat . Sometimes they will angry to the midwife, if the midwife takes along time. Whereas we are know that, midwife takes along time to prepare everything well and should be hygiene. After the women’s reveal, they have a traditional practice, they called it by “ Tatobi “ or washing women’s body using warm water. The function of “ Tatobi “ is to warming the women’s after reveal and to keep sterile the women’s body and the reveal trace.
One of midwife there named Sukma, said that, she already tried to stop practicing “ Tatobi “ but it was failed and she gives up. Five years ago, Sukma lived 37kilometers from Rumah Bulat, but now the Ministry of Health in Kupang, asks Sukma to lived maximum 1kilometers or should be near from the citizen which live in Rumah Bulat .They still believe in Shaman. Sukma cannot do something about that, She just and should be ready, when the citizens call her to help the women’s when it’s already in a bad condition or we called it by terminal condition. Actually this is our government work to help the citizens there by spreading a lot of medical personnel especially midwife and also educating the citizens to believe and choose midwife. Other works, our government should build Public Health Centre. Because in Soe-NTT, Public Health Centre just in the city, but in a fall down area, there is no Public Health Centre.
Rumah Bulat actually true as a traditional place to reveal, but if we see to the modern technology and back to the hygiene and sanitary, its not good to choose Rumah Bulat again. The Government also must see this as a big problem, to spread the medical personnel in all fall down area.
Langganan:
Postingan (Atom)