Kamis, 13 September 2012

Mampukah kita mencintai tanpa syarat?

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit.. istrinya juga sudah tua. mereka  menikah sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan  mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" . Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya" sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya,  kapan bapak menikmati masa tua bapak  dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.
"Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini.

Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno

Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu. Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno

" kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.."

disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio. kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru

disitulah pak Suyatno bercerita;

 "..Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.   Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama, dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit "

Pembaca, belajarlah untuk mencintai seseorang dalam segala hal. Cintailah Dia yang kamu sayangi, tanpa syarat sedikitpun.

TUHAN MEMBERKATI

Rabu, 12 September 2012

Panggilan Tuhan atau Cita-citamu?

Shalom buat para pembaca. Pada tulisan kali ini saya cuman mau bagi sedikit pengalaman dibawa kedalam rancangan Tuhan yang luar biasa. Saat itu saya menginjak kelas 2 SMA. Seperti remaja pada umumnya yang memiliki cita-cita dan harapan akan masa depan yang ingin diraih, saya juga punya cita-cita, yaitu, untuk menjadi seorang Pendeta Kristen. Saya mencoba mencari informasi Universitas-universitas yang menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk belajar dan menjadi seorang pendeta. 
Saya pun mendapatkan Universitas tersebut. Universitas yang sangat luar biasa bagi saya, Universitas yang memiliki latar belakang atau lebih tepatnya mendasari semua penyelenggaraannya pada Kebenaran Firman Tuhan. Universitas Tersebut adalah Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Rancangan Tuhan yang luar biasa itu terjadi ketika saya ingin masuk dalam Fakultas Teologi UKSW Salatiga. Namun saya mendapat tantangan dari kedua orang tua saya. Mereka memaksa saya untuk masuk Fakultas Ilmu Kesehatan dengan Konsterasi Pendidikan yaitu Ilmu Keperawatan. Saya berisi keras untuk masuk Fakultas Teologi. Kemauan saya yang sangat keras dibarengi dengan usaha kekanak-kanakan seperti menangis, memohon dan lain sebagainya sama sekali tidak meluluhkan hati orang tua untuk mengijinkan saya masuk Fakultas Teologi.
Papa dan Mama tetap pada pendiriannya untuk memasukan saya di Prodi Ilmu Keperawatan FIK-UKSW Salatiga. Saya dengan terpaksa menyetujuinya dengan syarat, jika pada semester 1 nilai saya C pada semua mata kuliah yang saya ikuti, setuju ataupun tidak, mereka ( orangtua saya ) harus memindahkan saya ke Fakultas Teologi. Saya pun akhirnya masuk dan belajar bersama puluhan mahasiswa yang ingin menjadi perawat. Dalam perjalanannya saya sedikit keheranan, saya tidak mendapat hambatan satupun dalam mengikuti perkuliahan. Justru dalam setiap tes tes yang saya ikuti, nilai saya menduduki nilai terbaik dikelas dan yang lebih luar biasa, dua tes saya mendapat nilai SEMPURNA!
Saya sempat merasa kebingungan, mengapa nilai saya justru baik, yang sebaliknya saya justru mengharapkan memiliki nilai yang buruk sehingga bisa dipindah ke Fakultas Teologi.
Di akhir semester saya sangat tercengang, karena, dua mata kuliah yang saya ambil disemester 1 justru mendapat nilai A dan AB. Sama sekali tidak nampak nilai setengah lingkaran yaitu C.
Saya mau tidak mau harus kembali melanjutkan pendidikan saya di prodi ilmu keperawatan. Saya pun masih belum sama sekali menyadari rancangan atau panggilan Tuhan yang ingin dinyatakan dalam hidup saya.
Saya memiliki beberapa teman yang sudah lulus menjadi seorang Sarjana Teologi yang hendak mendaftar menjadi seorang pendeta di 1 gereja. Saya mendapatkan informasi yang mencengangkan dari beberapa teman. Sebelumnya saya harus menjelaskan motivasi saya menjadi seorang pendeta. Motivasi saya adalah ingin melayani Tuhan di gereja dimana saya terdaftar. Yang notabene, gereja tersebut termasuk Gereja bonavit  didenpasar ( kota saya tinggal ). Bagi setiap pendeta yang melayani didalamnya, mendapat service yang sangat memuaskan, pulsa, rumah tinggal, gaji, tunjangan ini dan itu hadir seperti air mengalir. Itulah yang membuat saya sangat terpacu.
Namun benar kata Firman Tuhan, " Allah melihat hati ".
Persyaratan untuk menjadi menjadi pendeta di gereja tersebut adalah harus menjadi warga Baptis dan warga sidi dari gereja tersebut. Namun setelah saya mengecek kembali surat baptis dan surat sidi saya, justru  memiliki perbedaan. Saya di Baptis di Gereja Bebas Reformasi Waingapu-Sumba Timur, namun surat sidi saya dikeluarkan oleh gereja didenpasar.
Dari sinilah saya mulai melihat bahwa atas dasar motivasi baik namun dibayangi motivasi lainnya yaitu uang, tidak akan mendapat jalan tuntunan dari Tuhan. Saya mulai menyadari bahwasannya kembali kita harus mengingat Orang Tua adalah wakil Allah didunia yang pasti senantiasa mendoakan dan memberikan arah baik bagi anak-anaknya. Saya pun kini menyadari kenapa saya harus berada didalam perjalanan panjang menjadi seorang perawat.
Jalan saya untuk menjadi seorang pendeta di gereja yang saya inginkan seperti benar-benar ditutup rapat oleh Tuhan.
Saya belajar banyak dan berpesan bagi para pembaca, Dengarlah kata orangtua, Tunduk dan berdoa minta jalan terbaik akan masa depan kalian kepada Tuhan. Sungguh tidak keren memaksakan kehendak kita yang ternyata justru Allah lah yang berkehendak dalam kehidupan ini..
Semoga Tuhan Memberkati para pembaca ! :)

WOMEN’S REVEAL in SOE-NTT

 Rumah Bulat made thousand years ago. At that time,  Rumah Bulat is used for saving food, safe the people at the home and reproduction place for women’s. From a long time ago,  Rumah Bulat is a sacred house and have a unique form, like its name, Circle or in Indonesia, they called it Bulat. The part of  Rumah Bulat actually seems like a small dirty kitchen and with one wood mattress. In modern century like now, we call it by Traditional House.
If we see from the hygiene and sanitary of  Rumah Bulat,  it’s really dirty because the base or the floor doesn’t made from ceramic but just a soil. We can imagine that, if it’s raining, the soil become flood and I’m sure, there are so many flies. The citizens there have already known about bad effect of living in  Rumah Bulat , but they still believe that  Rumah Bulat is a good place to keep them save from everything, such as wild animal and thief. They think that if they live in  Rumah Bulat , the thief doesn’t want to steal their property. Yeah it because there’s no something important in  Rumah Bulat . As we know together, at the top of my essay, I have already explained that one of the functions of  Rumah Bulat is a place for women’s reveal. The citizens there, will call shaman to help the women’s to reveal. They still don’t want to call midwife to help the women’s. Beside there is no midwife there, the shaman will give a traditional medicine to help the women’s and say the magic formula in their own language. It makes the citizen more believe the shaman than midwife. But the funniest one, when the women’s reveal is in a bad condition after pregnant, the citizens will call and pick up the midwife although it takes a long time. The bad one, after they arrived in the midwife’s house, the citizen said to prepare faster and go to the  Rumah Bulat . Sometimes they will angry to the midwife, if the midwife takes along time. Whereas we are know that, midwife takes along time to prepare everything well and should be hygiene.  After the women’s reveal, they have a traditional practice, they called it by “ Tatobi “ or washing women’s body using warm water. The function of “ Tatobi “ is to warming the women’s after reveal and to keep sterile the women’s body and the reveal trace.
One of midwife there named Sukma, said that, she already tried to stop practicing “ Tatobi “ but it was failed and she gives up. Five years ago, Sukma lived 37kilometers from  Rumah Bulat, but now  the Ministry of Health in Kupang, asks Sukma to lived maximum 1kilometers or should be near from the citizen which live in  Rumah Bulat .They still believe in Shaman. Sukma cannot do something about that, She just and should be ready, when the citizens call her to help the women’s when it’s already in a bad condition or we called it by terminal condition. Actually this is our government work to help the citizens there by spreading a lot of medical personnel especially midwife and also educating the citizens  to believe and choose midwife. Other works, our government should build Public Health Centre. Because in Soe-NTT, Public Health Centre just in the city, but in a fall down area, there is no Public Health Centre.
 Rumah Bulat actually true as a traditional place to reveal, but if we see to the modern technology and back to the hygiene and sanitary, its not good to choose  Rumah Bulat again. The Government also must see this as a big problem, to spread the medical personnel in all fall down area.